Ahli Biologi IPB University Beri Kuliah Singkat pada Para Guru Biologi/IPA Se-Indonesia

Demi memberikan kontribusi pada pengembangan pendidikan terutama bagi guru-guru Biologi se-Indonesia, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University kembali menggelar Webinar Nasional Pendalaman Biologi 2021 Seri 3, belum lama ini. Kegiatan ini menghadirkan dua dosen dari Departemen Biologi sebagai narasumber. Mereka memberikan kuliah singkat mengenai sistem koordinasi pada hewan dan pengelompokkan tumbuhan. Sementara itu, para guru yang hadir sebagai peserta diberikan pre-test dan post-test singkat sebelum dan sesudah kegiatan.

Materi sistem koordinasi pada hewan disampaikan oleh Dr Rika Raffiudin dari Divisi Fungsi dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, FMIPA IPB University. Berdasarkan pengalamannya selama mengajarkan materi fisiologi, diperlukan metode mengajar secara interaktif. Tidak hanya dua dimensi dengan presentasi. Menurutnya, mengajar dengan slide presentasi saja dirasa kurang dapat menggambarkan runtutan proses fisiologi yang terjadi sehingga penggunaan media seperti video interaktif sangat diperlukan.

“Saat mengajar, sesuai dengan kurikulum IPB 2020, saya memilih isu yang sedang trending sehingga perhatian mahasiswa akan tercurahkan dan mudah menyelami materi yang disampaikan. Saya juga sering menghubungkan materi kuliah dengan fenomena yang sedang berlangsung atau diprediksi dan materi disampaikan secara terintegrasi,” ujarnya.

Contohnya adalah sistem fight or flight, suatu reaksi primitif yang diperlukan untuk bertahan hidup saat dipertemukan oleh situasi yang kurang menguntungkan seperti dalam mengendalikan stres dan kecemasan di masa pandemi sekarang ini. Terdapat dua sistem yang memproses terjadinya fight or flight, yakni koordinasi antara sistem saraf simpatik dan sistem endokrin atau hormon. Mekanismenya terjadi mulai dari persepsi sensorik misalnya informasi diterima mata, lalu informasi diproses di otak selanjutnya diteruskan menjadi respon fisiologis antara lain pelepasan hormon cortisol dan adrenalin.

Ia juga menjelaskan tentang kaitan sistem koordinasi dengan fenomena yang sering terjadi di dunia nyata. Contohnya pada penggunaan psikotropika dan dampaknya pada kesehatan diri, lingkungan, dan masyarakat.

Baca Juga :  Gelar Russian Day, ITS Ajak Mahasiswa Belajar Bahasa Rusia

Psikotropika sendiri terbagi menjadi tiga golongan yakni sebagai depresan, stimulan, dan halusinogen. Ia menjelaskan bahwa dalam koordinasi sistem saraf, informasi antar sel saraf dihubungkan oleh celah sinaps tempat dikeluarkannya senyawa neurotransmiter.

Berdasarkan studi di tingkat selular dan molekular, mekanisme beberapa senyawa psikotropika adalah dengan meniru senyawa neurotransmiter, mem-blokir receptor untuk neurotrasmiter, atau menghalangi terjadinya reuptake neurotransmiter ke dalam saraf. Seperti yang terjadi pada kokain, menghalangi reuptake neurotransmiter sehingga neurotransmiter tertumpuk pada celah sinaps yang memberikan efek euforia.

“Begitulah mengapa pentingnya belajar hingga ke tingkat seluler dan molekuler, sehingga kita tahu bagaimana pengguna narkoba dapat merasakan euforia karena penumpukan neurotransmiter pada celah sinaps,” jelasnya.

Baca Juga :  Penggunaan Teknologi Pembelajaran Sebagai Bagian Hadapi Kondisi Kenormalan Baru Dunia Pendidikan Tinggi

Dr Nina Ratna Djuita, Dosen IPB University dari Divisi Ekologi dan Sumber Daya Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA memberikan kuliah umum mengenai tata cara pengelompokkan tumbuhan. Topik bahasannya meliputi tumbuhan tidak berpembuluh seperti lumut dan tumbuhan berpembuluh. Tumbuhan berpembuluh tersebut terbagi lagi menjadi tumbuhan berpembuluh tidak berbiji dan berpembuluh berbiji terbuka serta berbiji tertutup. Materi tersebut memang dinilai agak berat bila diajarkan pada siswa SMA karena telah diketahui bersama bila tumbuhan memiliki keanekaragaman yang tinggi.

Pada tumbuhan tidak berpembuluh atau lumut, ia menjelaskan tiga divisi utamanya yakni Marchantiophyta, Anthocerotophyta, dan Bryopyhta. Materi yang dijelaskan meliputi karakteristik hingga keanekaragamannya di alam. Tumbuhan paku juga turut dijelaskan, mulai dari karakteristik, cara perkembangbiakkan, hingga manfaatnya bagi kehidupan manusia seperti sebagai bahan pangan dan dekorasi.

Mengenai tumbuhan berpembuluh, materi yang disampaikan pun hampir sama, namun ia turut menjelaskan perbedaan antara tumbuhan berbiji terbuka dan tertutup. Karena sebagian besar siswa masih kesulitan membedakan antara kedua jenis tumbuhan tersebut. (MW/Zul)