Departemen Biologi IPB University Bedah Sistem Ekskresi dan Bioteknologi di Hadapan pada Para Guru Biologi

Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University kembali hadir dengan Webinar Nasional Pendalaman Biologi 2021 Seri 2 bagi Guru Biologi/IPA SMA/MA, (25/03). Kegiatan tersebut tetap dilaksanakan secara konsisten sebagai kontribusi Departemen Biologi IPB University pada pengembangan masyarakat. Pada kesempatan tersebut, dua tema yang diusung adalah mengenai materi “Sistem Ekskresi” dan “Bioteknologi”. Seperti kegiatan Seri Pendalaman Biologi sebelumnya, para peserta diberikan waktu untuk mengikuti pre test dan post test mengenai materi yang dipaparkan.

Dr Achmad Farajallah, Dosen IPB University dari Divisi Fisiologi dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi FMIPA memaparkan mengenai materi sistem ekskresi yang di dalamnya menyangkut mengenai review sistem ekskresi, mekanisme osmoregulasi, review sistem respirasi, dan mekanisme pertukaran gas.  Ia menyebutkan, terlepas dari bentuk organ tubuhnya, sistem ekskresi memiliki konsep utama sebagai sistem tubulus yang menyaring material dari cairan ekstrasel. Organ tubuh dalam sistem ekskresi yakni protonefridium, metanefridium, ginjal dan bersifat tidak homolog. Artinya tidak berasal dari lapisan embrional yang sama, sehingga evolusi ketiganya saling terpisah.

Baca Juga :  Kedaireka Dukung Pengembangan Produk Olahan Khas Ternate

“Sehingga tidak bisa menyebutkan kedudukan satu organ lebih tinggi daripada yang lainnya karena garis evolusi yang berbeda,” ungkapnya.
Skema sistem ekskresi memang sudah biasa disampaikan di SMA, namun mekanismenya tidak pernah dijelaskan lebih lanjut.

Sesungguhnya mekanisme filtrasi banyak tipenya dan tergantung dari sistem tubulus karena adanya proses penyerapan kembali. Hal lain yang tidak dijelaskan lebih lanjut di SMA yakni mengenai konsep permeabilitas. Permeabilitas tersebut terdapat pada membran sel di sepanjang sisi tubulus dan tubuh yang penuh dengan protein integral.

“Jadi konsep permeable yang kita kenal berbasis pada permeabilitas, seharusnya ada keterangan atau istilah lebih lanjut misalnya impermeable terhadap air. Bila konsep tersebut disebutkan tanpa keterangan, maka akan timbul anggapan bahwa aliran massa dari tubulus ke tubuh mengalir seperti sungai padahal tidak,” jelasnya.

Ia mengatakan bahwa bila guru-guru dapat paham akan konsep sederhananya, bahan ajar yang digunakan bisa dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi bahkan kreativitas siswa. Sehingga siswa akan lebih paham dan menikmati.

Baca Juga :  Unpad Canangkan Zona Integritas di Lingkungan Direktorat dan Fakultas

Selain materi mengenai sistem ekskresi, materi bioteknologi turut dibawakan oleh Prof Suharsono, Dosen IPB University dari Divisi Fisiolofi dan Genetika Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA. Ia menjelaskan bahwa pada awalnya bioteknologi klasik ditemukan secara tidak sengaja. Pada umumnya, manusia di jaman dahulu menggunakan bioteknologi untuk meningkatkan produksi pangan dan obat. Proses fermentasi tersebut ditemukan secara tidak sengaja namun kian berkembang sebagai bioteknologi modern.
Membedakan bioteknologi modern dengan klasik sangat mudah karena sudah melibatkan rekayasa genetik. Pemanfaatannya pun dibuat agak ketat oleh regulasi karena menyangkut keamanan pangan.

“Batasan bioteknologi klasik dengan modern adalah terkait ada atau tidaknya manipulasi bahan genetik, sehingga perbedaannya tidak perlu dipertentangkan,” sebutnya.

Bioteknologi modern yang popular saat ini yakni genom editing. Genom editing sendiri memerlukan presisi tinggi untuk memperbaiki suatu sifat misalnya pada tanaman transgenik dan sisgenik. Dengan memahami pengelompokan dasarnya, siswa akan lebih mudah memahami materi bioteknologi. Tentunya guru-guru dapat mencoba untuk mendorong siswanya mempraktikan bioteknologi klasik sesuai kreativitas masing-masing siswa.